Maya Fasindah, M.Pd
CGP Angkatan 6 Kab. Kep. Meranti, Riau
Description
Mulai Dari Diri, Eksplorasi Konsep, Demonstrasi Kontekstual sampai Aksi nyata.
Setelah mempelajari dan mulai memahami modul 1.1 mengenai pendidikan dan tujuan pendidikan yang diharapkan oleh Bapak Ki Hajar Dewantara, selanjutnya CGP masuk dalam modu 1.2 untuk memahami pembelajaran berikutnya. Di dalam modul 1.2 ini, kita diajak untuk membuat diagram trapesium usia.
Dalam diagram trapesium ini, kita diharapkan mampu memaparkan hal-hal yang telah terjadi dalam diri kita serta harapan kita dimasa pension ini. Hal lain juga kita memaparkan bagaimana peristwa positif dan negatif yang telah kita alami selama masa sekolah. Dan nantinya sebagai guru penggerak kita mampu mengarahakan anak ke hal-hal positif terkait peristiwa positif dan negatif yang telah mereka alami.
Oleh karena itu, hendaknya kita dapat dijadikan role model bagi peserta didik sehingga Tindakan, perkataan dan perbuatan yang kita lakukan, akan menjadi sebuah contoh suri tauladan bagi mereka. Seperti pemikiran Ki Hajar Dewantara, guru memberikan keteladanan dalam bertindak, bertutur, membangun keinginan siswa untuk berbuat sesuatu (kreatif dan inovatif), selanjutnya guru mendorong dan memotivasi peserta didik.
Selanjutnya CGP belajar mandiri untuk memahami konsep materi, mengenai bagaiman cara kerja otak, 5 kebutuhan dasar manusia, tahap kumbuh kembang anak, profil pelajar Pancasila, serta nilai dan peran guru penggerak.
Pada tanggal 15 September , kami belajar di ruang kolaborasi yaitu diskusi mandiri bersama Fasilitator Bapak Zulkifli serta di dampingi oleh Ibu Tri Sovia Yanreta selaku PP. Didalam kegiatan tersebut kami dibagi lagi menjadi kelompok kecil. Diskusi dilanjutkan keesokan hari nya yaitu pada tanggal 16 September 2022 dengan agenda presentasi hasil diskusi antarkelompok yaitu menentukan nilai guru penggerak yaitu berupa kolaboratif dengan rancangan berupa upaya mengkolaborasikan kekuatan dari nilai guru penggerak. Pada sesi ini kami juga menulis surat terima kasih untuk teman satu kelompok yang mengispirasi. Dan saya memilih Ibu Sri Yulita sebagai teman yang sangat mengispiratifsaya untuk lebih belajar lebih maju dan inovatif.
Kegiatan pembelajaran dilanjutkan pada tanggal 19 dan 20 September dimana saya diminta untuk membuat gambaran diri sebagai guru penggerak di masa depan. Dilanjutkan dengan Elaborasi pemahaman pada tanggal 22 September dengan Bapak Mualip selaku Instruktur. Beliau menyampaikan materi tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak dengan luar biasa sampai pada akhirnya saya melanjutkan untuk menyusun kegiatan aksi nyata. Kegiatan apa yang saya lakukan untuk diimplementasi dari hasil belajar modul 1.2 ini.
Examination
Setelah mempelajari modul 1.2 dan mengikuti serangkaian kegiatan baik belajar secara mandiri maupun diskusi secara virtual, akhirnya saya memahami bagaimana nilai dan peran guru penggerak. Guru penggerak harus memiliki nilai inovatif, kolaboratif, reflektif, berpihak pada siswa dan mandiri. Peran guru penggerak yaitu mampu menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas baik di sekolah maupun lingkungan sekolah, mampu berkolaborasi dengan rekan dan membimbing rekan di sekolah, dan mampu mewujudkan kepemimpinan murid. Semua peran tersebut dilakukan dengan berdasarkan pada trilogy Pendidikan menurut KHD yaitu, ing ngarso sang tulodo, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Nilai guru penggerak tersebut sebelumnya masih belum saya lakukan dengan optimal misalnya pembelajaran yang berpihak pada siswa. Sebelumnya pembelajaran yang saya lakukan masih berfokus pada bagaimana anak menyelesaikan soal-soal ujian. Tetapi dengan mempelajari modul 1.2 ini saya memahami bahwa pembelajaran harus berpihak pada siswa. Pembelajaran yang dilakukan harus sesuai dengan kodrat anak.
Articulation of Learning
Dalam modul ini banyak sekali hal-hal yang harus dipelajari terkait nilai dan peran guru penggerak. Hal ini terlihat pada saat saya mempelajari materi dimana seseorang yang sedang menaiki ekskalator dengan posisi eskalator turun, ini berkaitan tentang bagaimana cara kerja otak, yaitu sistem berfikir cepat dan berfikir lambat, bagaimanapun saya sebagai calon guru penggerak harus mampu menumbuhkan sesuatu hal yang baik, meskipun itu tidak mudah.
Sebagai seorang calon guru penggerak, saya harus memulainya dari diri saya dengan meningkatkan kompetensi guru penggerak sebagai modal awal melakukan perubahan. Dengan modal nilai dan kompetensi yang dimiliki, tentunya kita mampu berperan serta berkolaborasi dengan siapapun yang ingin memajukan dunia pendidikan di Indonesia.
Setelah memahami Modul 1.2 ini, saya semakin mengerti peran saya sebagai seorang guru penggerak nantinya, serta memahami bagaimana nilai-nilai tersebut menguatkan peran guru penggerak dalam membawa perubahan di sekolah.
Guru harus mampu menjadi pemimpin pembelajaran, mampu berkolaborasi dengan rekan sejawat serta mampu mewujudkan kepemimpinan murid yang dalam hal ini kita harus mampu memahami kebutuhan dasar manusia yang terdiri dari: kebutuhan bertahan hidup, kasih sayang dan rasa diterima, kekuasaan dan penguasaan, kebebasan dan kesenangan, serta bagaimana tahap tumbuh kembang anak. Bahwa setiap anak memiliki cara pandang sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya. Kemudian di modul juga menjelaskan diagram identitas gunung es yang menjelaskan konsep penumbuhan karakter. Fenomena gunung es di lautan dapat menggambarkan apa yang terlihat di permukaan tidak dapat menggambarkan apa yang ada di dalam laut. Fenomena ini dapat digunakan untuk membuat perumpamaan karakter. Karakter yang terlihat hanya 12% sedangkan 88% tidak terlihat. Karakter yang terlihat didasari oleh perilaku yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan.
Untuk menumbuhkan karakter perlu ada pengkondisian dan pembiasaan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan keteladanan dan system/ aturan yang konsisten. Karakter yang baik pada siswa bisa kita tuntun dengan berpedoman pada trilogi Pendidikan menurut KHD yaitu dengan memberi tauladan, memotivasi dan mendorong siswa untuk menumbuhkan karakter.
Materi yang sudah dipelajari tersebut dapat diimplementasikan sesuai dengan nilai dan peran guru penggerak. Saya harus mampu menjadi:
Pemimpin pembelajaran: menyusun desain pembelajaran, membuat asesmen dan melakukan refleksi pembelajaran di setiap pembelajaran yang dilakukan. Menyusun pembelajaran yang inovatif sesuai dengan kebutuhan siswa, membuat refleksi atau evaluasi sebagai perbaikan pembelajaran berikutnya, dan dalam pembelajaran yang saya lakukan harus berpihak pada siswa sesuai dengan karakteristik siswa agar tujuan Pendidikan dalam memerdekakan anak bisa terwujud.
Menjadi coach bagi guru lain: memberikan bimbingan atau pendampingan ke rekan guru serumpun untuk melakukan pembelajaran yang berpihak pada siswa. Hal ini dilakukan dengan adanya supervisi mata pelajaran serumpun, sehingga saya bisa melakukan pendampingan pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penyusunan asesmen, dan melakukan refleksi untuk perbaikan pembelajaran berikutnya. Agar kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan optimal maka saya sendiri juga harus mandiri, yaitu belajar untuk meningkatkan kompetensi diri.
Mendorong kolaborasi:bekerjasama untuk mencari solusi dari permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran. Kegiatan supervisi juga dilakukan untuk menemukan permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran sehingga saya dan rekan guru bekerjasama untuk mencari solusi dari permasalahan yang ditemukan. Selain itu saya juga bekerjasama denga guru serumpun untuk melaksanakan kegiatan proyek pembelajaran.
Mewujudan kepemimpinan murid: dalam pembelajaran saya mendesain sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa sehingga siswa bisa belajar dengan menyenangkan. Siswa akan aktif dalam pembelajaran sesuai dengan potensi mereka masing-masing. Saya sebagai guru hanya menuntun siswa untuk pembelajaran di kelas.
Menggerakkan komunitas praktisi: dengan mengaktifkan komunitas belajar di sekolah, dimana guru mendiseminasikan hal baru yang di dapat di setiap mengikuti pelatihan atau workshop. Saya akan berkolaborasi denga rekan untuk membagikan praktik baik yang sudah dilakukan dalam pembelajaran sehingga bisa dijadikan referensi rekan di sekolah.
Demikianlah hal-hal yang dapat saya paparkan pada jurnal refleksi modul 1.2 ini, semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat menjadi contoh bagi guru-guru di Indonesia.
Silahkan klik untuk Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.3 Visi Guru Penggerak
Posting Komentar
Posting Komentar