Sejak pandemi melanda negeri ini, kewajiban saya sebagai seorang guru semakin bertambah. Bukan hanya mengajar dan mendidik saja, saya juga harus menciptakan suasana yang menarik perhatian anak ketika pembelajaran daring berlangsung. Guru dituntut membuat video pembelajaran yang menarik atau membuat anak betah selama mengikuti pelajaran via zoom atau google meet.
Sekolah tempat saya mengajar merupakan salah satu sekolah swasta yang disiplin baik dalam hal mengajar sampai pada perangkat pembelajaran. Mereka tidak hanya bertanya bagaimana cara kita mengajar, metode apa dan usaha apa yang sudah kita lakukan untuk siswa atau bahkan mereka juga mau sesekali masuk dalam zoom pembelajaran kita. Itu semua tidak menyurutkan saya dalam mengajar, ini justru tantangan sebab kewajiban dan tanggung jawab saya sebagai seorang guru adalah mengajar dan mendidik.Saya guru SMK Swasta di salah satu sekolah swasta tepatnya di Selatpanjang, mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia, dan kebetulan sekali mengajar anak-anak keturunan Tionghoa. Mereka kurang menyukai pelajaran saya, entah karena kurang menguasai bahasa atau mungkin memang sama sekali tidak menarik perhatian mereka. Hal ini justru membuat saya semakin tertantang untuk menggali potensi diri yang sama sekali saya tidak yakin dengan semua itu. Bisa dikatakan saya adalah guru gaptek dari sekian banyak nya guru yang lebih menguasai komputer, tetapi saya tetap berusaha memberikan yang terbaik sesuai kemampuan diri, karena menurut saya tidak lah mungkin seeorang itu berubah kecuali dia merubah dirinya sendiri, itu prinsip yang saya pegang dari dulu.
Waktu itu ada seorang siswa mengatakan,“Apa menariknya belajar Bahasa Indonesia Bu? Menurut saya biasa-biasa aja.”
Mendengar hal itu saya semakin bertanya-tanya dalam diri. Ini bukan salah mereka, tetapi salah saya yang membiarkan waktu berlalu begitu saja tanpa ada rasa manis, asam, asin. Saya biarkan rasa itu hambar sehingga mereka tak merasakan bahwa semua pelajaran itu penting untuk dipelajari.
Dari situlah saya bertekad belajar segalanya, membuat metode, mencari video, membuat game, sampai akhirnya pada tugas siswa pun harus menarik sehingga mereka mau mengerjakannya. Saya cari sumber bacaan yang sesuai dengan pelajaran saya hingga akhirnya saya menemukan “cara pembelajaran yang tepat saat daring berlangsung”. Waktu itu saya mengajarkan materi tentang hikayat kemudian hikayat tersebut diubah dalam bentuk cerpen, ini hal biasa seperti tahun-tahun sebelumnya, biasanya saya hanya menampilkan slide dan menjelaskan satu persatu kemudian saya berikan tugas, namun kali ini saya ubah sedikit tentang itu, untuk tugas yang tadinya cerpen saya ubah menjadi pentigraf, cerpen tiga paragraf namun tetap memberikan nilai-nilai hikayat didalamnya.
Awalnya saya mengabsen mereka perkenalan diri dengan lagu” Namaku Bento” saya ganti liriknya hingga mereka mengikuti alur saya, kemudian masuk materi pelajaran dan saya hanya menjelaskan beberapa bagian yang penting saja, karena jika terlalu lama mereka tidak akan fokus. Ditengah-tengah pembelajaran saya mengajak mereka bermain kata dengan pengucapan lambat hingga cepat.
Engkau Ulung Guling, Ulang Ulas Suling. Saya minta beberapa siswa untuk mengulangi kata-kata itu dengan semakin cepat, alhasil ada beberapa diantara mereka yang salah menyebut kata menjadi Guling-guling dan Ulang-ulang. Dan kami pun tertawa, terciptalah suasana yang nyaman dan santai hingga saya bisa melihat rona wajah yang tidak terlalu serius dalam belajar tetapi mereka dapat memahami materi yang saya ajarkan.
Diakhir pembelajaran saya simpulkan materi dengan sebuah lagu yang tidak asing di telinga mereka, lagu-lagu masa kini dengan lirik buatan saya yang tidak jauh-jauh dari materi yang saya ajarkan agar mereka gampang mengingatnya, heheheheheehe. Saya menyebutnya metode Parodi
Contoh: lagu “Awas Nanti Jatuh Cinta “ yang dinyanyikan oleh Armada. Saya mengganti liriknya dengan Parodi:
Kita belajar hikayat
Yaitu tentang cerita lama
Kemudian dibuat menjadi
Cerpen yang berbentuk pentigraf
Intinya hanya tiga paragraf
Yang dibuat menjadi satu cerita
Jangan lupa
Awas jangan sampai salah
Pentigraf itu cerpen tapi hanya tiga paragraf
Namun di dalamnya sudah mencakup semua
Konflik dan penyelesaiannya
Ingat itu
Alhamdulillah, yang tadinya pembelajaran biasa-biasa saja dan tidak semua anak mengikuti zoom, kali ini mereka mengikutinya dengan baik, bahkan yang membuat saya terkejut adalah orangtua siswa ternyata ikut andil dalam pembelajaran saya, mereka melaporkannya ke Kepala Sekolah dan Yayasan. Setahun mengajar, saya mendapat apresiasi guru berprestasi tahun 2020, Alhamdulillah….berkah yang luar biasa bagi saya, semua bisa kita dapatkan dan lakukanlah apa pun itu dengan ikhlas dan sungguh-sungguh, tentunya juga dengan rasa Bahagia, Gembira dan Sukacita.
Jika berkenan melihat videonya boleh tonton video ini
Posting Komentar
Posting Komentar