Halo sahabat Maya semuanya, kali ini aku mau berbagi pasangan nih, eits … jangan salah paham dulu, maksudnya pasangan apa nih? Pasangan hidup? Oh no, kalau pasangan hidup mah amit- amit ya. Jadi aku tuh mau berbagi pasangan dalam penulisan fiksi baik itu cerpen maupun novel. Foreshadowing itu ternyata pasangannya twisted ending lho.
Nah, sebenarnya foreshadowing itu apa sih? Jadi foreshadowing itu adalah alat sastra di mana penulis memberikan petunjuk terlebih dahulu tentang apa yang akan terjadi kemudian dalam cerita. Pertanda sering muncul di awal cerita, atau bab, dan membantu pembaca mengembangkan harapan tentang acara mendatang. Seorang penulis dapat menerapkan bayangan dengan berbagai cara.
Maksudnya adalah foreshadowing ini mirip clue ya, tetapi bukan. Foreshadowing ini semacam petunjuk, pertanda, gejala, yang biasa di dapat pembaca di bagian setelah opening. Biasanya sih pembaca pasti berekspektasi atau menduga-duga, misalnya: oh, ini pasti nanti tokohnya begini, akhirnya pasti begini, dan blablabla …
Foreshadowing memilikiperan menggiring pembaca untuk merumuskan dan menyimpulkan sendiri akhir dari suatu kejadian. Padahal, akhir yang akan dituliskan penulis tidak seperti yang dibayangkan pembaca.
Ketika tebakan pembaca salah, terjadilah yang namanya twisted ending. Ending yang tidak terduga, mencengangkan, memutar balikkan segalanya, dan lain-lain. Untuk melahirkan twisted ending penulis pastinya harus membuat foreshadowing dulu yang mampu meracuni pembaca.
Berikut ini tips membuat foreshadowing ala Maya, hehehehe
1. Buatlah Sesuatu yang misterius.
Seperti bermain teka-teki, giring pembaca untuk sesuatu hal yang membuat mereka merasa misterius dengan tulisan kita. Giring pembaca untuk masuk ke perangkap pemikirannya. Misalnya: dari awal tujuan penulis adalah A, tetapi buatlah pembaca untuk berpikir B, C dan lainnya.
2. Showing
Showing membantu pembaca merasai situasi yang dialami salah satu atau para tokoh yang sedang mengalami kesulitan ataupun kebahagiaan atau bisa juga keresahan dan lain-lain. showing berkedudukan agar pembaca bisa terjun seakan-akan menjadi bagian dari alur cerita. Showing yang tepat akan membuat pembaca hanyut pada setiap narasi atau adegan yang ditulis.
Mampu membuat pembaca hanyut dalam setiap kisah yang ditulis penulis adalah dambaan setiap penulis, aku juga masih belajar soal ini. Karena menjalin chemistry dengan tokoh sendiri itu tidak mudah.
Misalnya:
Sepucuk surat berada di atas meja kamarku. Aku terkejut seketika membuka dan membacanya, ternyata surat itu dari Ibu.
Kalimat diatas itu telling bukan showing. Kalimat tersebut hanya menceritakan bahwa ketika membuka surat, si tokoh Aku terkejut, akan tetapi pembaca belum mampu membayangkan kondisi yang dialami tokoh Aku. Detail-detail penting belum penulis tunjukkan kepada pembaca.
Pembaca belum mmapu menangkap, terkejut yang bagaimana yang dialami tokoh Aku.
Bandingkan dengan teks ini
Air mata membasahi kertas yang ditulis Ibu untukku. Darah yang mengaliri tubuh ini seakan ikut merasakan bahwa kini Ibu tak lagi di dunia, lunglai. Ini tak biasa, hanya doa yang bisa kupanjatkan untukmu Bu. Semoga Airmata yang jatuh ini akan menjadi sungai di syurgaMu ya Allah. Terimalah semua amal ibadahnya. Aamiin.
Saat membaca surat Ibu, aku seperti merasakan ada hal yang aneh, sepertinya ayah mengetahui bahwa Ibu akan meninggalkan kami untuk selamanya, tapi mengapa Ayah diam, tidak berkata sedikitpun padaku.
“Yah, surat ini, surat Ibu. Apa Ayah sebelumnya tahu bahwa Ibu akan pergi jauh Yah, jawab Yah. Ayah pasti tahu kan? Apa yang terjadi dengan Ibu Yah? Kenapa Ayah tidak menceritakannya padaku? Ayah…Ayah…” suaraku sesegukan.
Aku memeluk Ayah dengan pelukan yang sangat erat, sambil sesegukan aku menahan rasa sedih, karena aku sudah berjanji tak akan menangis lagi, namun siapa sangka surat ini tertuju untuk ku. Ayah menjawab semuanya, bahwa Ibu lemah saat mengandung adikku. Ia kekurangan darah. Darah yang selama ini telah dipersiapkan Ayah ternyata masih kurang saat Ibu melahirkan. Ayah dan dokter yang menangani Ibu tidak menyangka kalau hal ini bakal terjadi, kalau dilihat dari kondisi Ibu sebelum dan menuju proses lahiran, harusnya darah itu cukup, bahkan stok darah yang ada di rumah sakit sudah diberikan untuk Ibu hingga Stok darah di rumah sakit habis.
Ibu mengalami pendarahan hebat karena plasenta bayi menutup seluruh leher rahim yang menghubungkannya dengan bagian atas vagina istilah kedokteran disebut Plasenta previa, karena itu Ibu memerlukan 6 kantung darah. Sementara dokter hanya memiliki 4 kantung darah. Ayah juga sudah mencari keman-mana, rekan, sahabat, bahkan orang-orang yang ada di rumah sakit. Tidak ada darah yang sama seperti Ibu. “AB negatif”. Sebelumnya Ayah juga udah mendonorkan darah untuk Ibu, sebab golongan darah Ayah “O” boleh diberikan untuk Ibu.
Dokter juga sudah berusaha semampunya, namun Allah lebih mencintai Ibu. Ibu menghembuskan nafasnya yang terakhir ketika melihat Arsya lahir. Wajahnya tersenyum dan Ibu gak mau melihat Ghania sedih. Karena itu lah Ayah meminta Ghania ke rumah sakit setelah Ibu tiada. Ayah gak mau Ghania khawatir. Surat itu diberikan Ibu saat Ia akan melahirkan, sebelum berangkat ke rumah sakit. Ibu mengambilnya dalam laci nakas lalu memberinya pada Ayah. (Teks dalam novel Ghania)
3. Praduga Tak Bersalah
Maksudnya jangan membohongi pembaca, jika dari awal pembaca sudah digiring umtuk menebak ending yang sesuai dengan petunjuk penulis, maka sebaiknya tetap memeberi jawaban atas petunjuk yang penulis munculkan.
Seperti itulah kira-kira berbagi pasangannya ya sahabat. Foreshadowing Pasangan Twisted Ending. Jangan salah pasangan ya, hehehehe …
Mba Maya... Aku lagi butuh banget ini. Makasih banyak yaaaa dah bikin tulisan ini
BalasHapus