Sadar Moral, Pentingkah?
Oleh Maya Fasindah
Salam sejahtera buat kita semua
Puji syukur kita anugerahkan kepada Allah swt sehingga kita diberikan kesehatan, kelimpahan rezeki, kenikmatan hidup sehingga aktivitas kita berjalan dengan lancar hingga saat ini.
Bapak-bapak dan Ibu-Ibu yang saya hormati, adapun materi yang akan saya sampaikan pada kesempatan ini adalah Sadar Moral, Pentingkah?
Sebelum saya bahas lebih lanjut, mari sama-sama kita renungkan mengenai contoh kasus yang sudah sering kita dengarkan yaitu: sebut saja siswa ini bernama A. Si A merupakan keluarga berada, karena ingin menggapai cita-citanya terpaksa ia harus jauh dari orangtuanya. Kehidupan si A selalu diisi dengan hal-hal positif dan dia adalah anak yang dikenal dengan moral yang sangat baik, dan sudah dipastikan berdasarkan pengamatan kita ia akan berhasil. Bola basket, itu hobinya dan ingin menjadi pemimpin basket yang menjuarai dunia. Prestasi? Sudah tentu. Ia tidak hanya berprestasi di sekolah formal, non formal juga.
Suatu ketika, ia dihadapkan pada kondisi yang sulit. Orangtuanya tiba-tiba saja mengalami kebangkrutan karena kasus penipuan. Sang Ayah merasa bahwa pencapaiannya selama ini sia-sia, karena hal itu Ayahnya mengalami stress berat. Sementara sang ibu, mulai sakit-sakitan sejak kejadian itu. Sang anak akhirnya kekurangan uang, kehidupannya berubah 180 derajat. Saat akan memasuki universitas, ia kesulitan dengan biaya hidup sehari-hari meskipun biaya kuliah berhasil ia dapatkan dengan beasiswa. Akhirnya ia mencuri uang temannya karena terdesak membayar kos-kosan.
Nah, bagaimana pendapat Bapak dan Ibu tentang hal ini? Siapa yang akan kita salahkan? Bukankah si anak bermoral sangat baik? Lalu mengapa hal ini bisa terjadi?
Latar Belakang Masalah Pengetahuan moral merupakan pangkal pokok dari sisi kemanusiaan kita. Untuk menciptakan moral yang baik bagi anak adalah menciptakan komunikasi yang harmonis antara orangtua dan anak, karena itu akan menjadi modal penting dalam membentuk moral, sehingga sang anak sampai kapanpun dan dalam kondisi seperti apa pun ia tetap akan sadar moral tentang segala perlakuannya.
Kebanyakan ketika anak beranjak remaja atau dewasa, tidak mengingat ajaran-ajaran moral diakibatkan tidak adanya ruang komunikasi dialogis antara dirinya dengan orangtua sebagai “Guru Pertama” yang mestinya terus memberikan pengajaran moral. Jadi, titik terpenting dalam membentuk moral sang anak adalah lingkungan sekitar rumah, setelah itu lingkungan sekolah dan terakhir adalah lingkungan masyarakat sekitar.
Jika pendidikan moral kurang didapat dari orangtua, maka tugas kita lah sebagai seorang guru untuk mengubah karakter peserta didik menjadi lebih baik, meskipun itu tidak mudah. Hal pertama yang coba kita lakukan adalah memberikan pelajaran dilema moral dengan cara memberikan pandangan-pandangan hidup dengan berbagai permasalahan yang terjadi serta pemecahannya. Syarat utama yang dilakukan tentu saja pribadi yang beriman, dekat dengan Tuhan. Selalu berdoa sehingga dijauhkan dari segala permasalahan hidup.
Tentunya kita meminta peserta didik beragumen bagaimana dilema yang terjadi didalam dilema tersebut. Apakah ada moral dalam contoh dilema moral yang telah kita berikan. Dan ternyata mereka akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama.
Sebagai calon guru atau pendidik dan pembimbing, hendaknya kita bisa mengetahui apa arti perkembangan dan pertumbuhan peserta didik khususnya dengan perkembangan moralnya, bagaimana cara kita mempelajari peserta didik, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan moral peserta didik.
Kurikulum Merdeka dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi murid, lantas apa jadinya seorang murid yang berprestasi namun masih jauh dikatakan dari profil pelajar pancasila.
Inilah tugas kita Bapak/Ibu, inilah tuntutan kita, inilah tujuan kita, dan ini lah salah satu proyek kita agar nantinya para pelajar benar-benar dikatakan profil pelajar pancasila yang tak hanya sekadar ucapan tetapi bertindak pasti.
Demikianlah isi pidato saya, semoga bermanfaat dan dapat kita lakukan bersama-sama.
Terima kasih dan sampai jumpa….
Wassalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Saya stuju. Sprti quote senada Adab dulu baru ilmu. Pelajari dulu adab dan akhlak, baru ilmunya
BalasHapusPelajaran moral tuh kayanya harus jadi kurikulum wajib disekolah. Banyak sekali saya lihat anak-anak zaman sekarang krisis moral. Semoga semakin banyak guru-guru yang menekankan pentingnya moral terhadap peserta didik.
BalasHapusMengajarkan pendidikan karakter menjadi tugas penting bagi pendidik dengan menanamkan nilai karakter dalam kehidupan sehari hari. Anak anak perlu dibimbing, diarahkan dan diberikan contoh sebagai implementasi pendidikan karakter.
BalasHapusDulu zaman saya sekolah ada tuh pelajaran pmp, pendidikan moral pancasila. Memang moral dulu yang dibentuk dengan baik, jadi ilmu yang didapat juga akan dipergunakan dengan baik. Orang yang berilmu tanpa ada moral bisa berbahaya jadinya.
BalasHapusMemang sebaiknya mengajarkan moral terlebih dahulu kepada anak sebelum mengajarkan huruf dan angka.
BalasHapuspendidikan karakter memang itulah esensi dari pendidikan yang sebenarnya
BalasHapusAku setuju kak, orang yang beradab pastilah berilmu. Tapi orang yang berilmu belum tentu beradab.
BalasHapus#SelfReminder
pendidikan moral merupakan pendidikan wajib, tidak hanya di sekolah tetapi juga di rumah
BalasHapusApalagi semenjak pandemi rasanya pendidikan karakter mulai kritis
BalasHapusMenarik juga ya buat tulisan dalam bentuk naskah pidato 👍🏻❤️
BalasHapus